Mengapa Indonesian Super League (ISL) 2015 akan Berlangsung Menarik?

Mari kita kesampingkan dulu mengenai pengelolaan liga yang belum memadai. Meski itu terjadi juga di musim-musim yang lalu, nyatanya Indonesia Super League (ISL) tetap saja banyak yang menyimak. Hal ini terjadi tiada lain karena sepakbola di negeri ini adalah olahraga populer. Tapi saya yakin, pengelolaan liga yang belum maksimal tak akan menjadikan ISL 2015 berlangsung biasa-biasa saja. Ada banyak hal baru yang saya pikir akan membuat perhelatan ISL tahun depan sangat kompetitif, menarik, dan menjadi panggung bagi pemain potensial.

Seperti yang diketahui, ISL 2014 telah melahirkan PERSIB sebagai juara. Mereka mengalahkan Persipura di final ISL 2014 yang menggunakan format dua wilayah setelah sebelumnya harus  berjibaku di babak 8 besar. Sementara untuk ISL 2015 nanti akan diikuti oleh 20 tim yang tersebar dari barat Indonesia, hingga paling timur. Dua tim pendatang dari Divisi Utama menggantikan empat tim yang terdegradasi. Dua tim tersebut adalah Pusamania Borneo FC (PBFC) dan Persiwa Wamena. Khusus untuk PBFC, klub ini bisa dibilang fenomenal karena merupakan klub bentukan suporter sepakbola (Persisam Putra Samarinda yang kini berganti nama jadi Bali United Pusam). Sebuah hal menarik dan bisa menjadi saran perbaikan dalam pengelolaan klub di sepakbola Indonesia.

Kedelapan belas klub lainnya selain Persib dan Persipura adalah Arema Cronus, Mitra Kukar FC, Sriwijaya FC, Barito Putera FC, Persiram Raja Ampat, Bali United Pusam (sebelumnya bernama Persisam Putra Samarinda), Gresik United, Persija Jakarta, Persiba Balikpapan, Persela Lamongan, PSM Makasar, Pelita Bandung Raya, Persebaya Surabaya, Perseru Serui, Persik Kediri, dan Semen Padang FC. Jika tidak ada perubahan, menurut rilis PSSI, kompetisi akan dimulai pada awal Februari 2015. Tapi jangan lupa, bulan sebelumnya (Januari 2015) akan dihelat terlebih dahulu final Inter Island Cup (IIC) 2014 yang mempertemukan Persib Bandung dan Arema Cronus di final.

Melihat kiprah tim-tim ISL di tahun lalu, diprediksikan ISL musim 2015 juga tetap akan berlangsung ketat dan menarik. Bukti nyata di 2014, Persela Lamongan dan Pelita Bandung Raya (PBR) yang diklaim sebagai kuda hitam, mampu melenggang ke babak 8 besar. Bahkan secara mengejutkan PBR bisa menembus semifinal sebelum dikalahkan Persipura 2-0. Dua tim tersebut menyisihkan tim-tim kuat seperti Sriwijaya FC, Persija, PSM, Persiba Balikpapan, dan Persisam untuk melaju ke babak 8 besar. Ini menandakan ISL di tahun berikutnya akan tetap berlangsung ketat. Apalagi persebaran pemain bintang dan potensial kini hampir merata di tiap tim.

Lalu apa hal lain yang  berpotensi membuat ISL 2015 menjadi menarik untuk disimak? Berikut saya sajikan beberapa alasannya.

  1. Dua puluh klub, tersebar di seluruh Indonesia, dan semuanya bertemu.

Tahun 2014 sepertinya menyajikan kompetisi yang kurang greget. Apa pasal? Beberapa tim kuat tidak saling bertemu di fase liga. Hal ini terjadi karena ISL 2014 menggunakan format dua wilayah. Sebelas tim di Wilayah Barat dan sebelas tim pula di wilayah timur. Maka tidak mengherankan apabila tim-tim kuat di wilayah barat seperti Semen Padang, Sriwijaya FC, Persija, Persib, dan Arema Cronus tidak bertanding melawan tim-tim kuat di Wilayah Timur seperti Persipura, Persebaya, Mitra Kukar, PSM Makassar, dan Persisam Putra Samarinda. Pertemuan antara tim-tim wilayah barat dan wilayah timur memang tidak akan terjadi jika mereka tidak lolos ke babak 8 besar. Tidak heran sebenarnya pada ISL 2014 kemarin partai superbig match jarang tersaji.

Sungguh melegakan kita karena di ISL 2015 nanti, tiap tim akan saling bertemu. Sebanyak 20 klub akan berjuang untuk menjadi yang terbaik di Indonesia. Total akan ada 380 pertandingan yang diselenggarakan. Sangat banyak memang, sama banyaknya dengan jumlah pertandingan di liga-liga top Eropa. Maka bersiaplah kita untuk menyaksikan laga seru yang tidak terjadi di ISL kemarin, seperti misalnya Persija vs Persebaya, Persib vs Mitra Kukar, Semen Padang vs PSM, dll.

Banyaknya klub di liga ini juga tidak tanpa hadirnya masalah. Indonesia adalah negara kepulauan. Perlu waktu sembilan jam untuk menjangkau daerah paling timur jika diawali dari daerah paling barat. Tentunya dengan mengendarai pesawat komersil. Hal ini tentu berimbas pada membengkaknya operational cost klub. Dana yang harus dikeluarkan sebanding dengan jarak tempat bertanding dan banyaknya pertandingan. Saya pikir ini cukup memberatkan juga. Tapi apa mau dikata, karena menurut FIFA, untuk kompetisi liga di kasta tertinggi sebuah negara harus diadakan dalam format satu kompetisi penuh. Dari sini, klub dan PSSI juga harus duduk bersama untuk mencari solusi efektif atas risiko yang ada. Tapi bagaimanapun, jumlah pertandingan yang banyak dan tiap tim akan saling bertemu tentu akan menjadikan ISL 2015 cukup menjanjikan untuk tetap disimak.

  1. Banyak klub ISL yang mengontrak pemain muda lokal, di antaranya alumni timnas u-19

Asa itu menyeruak kembali. Negara ini mulai mendulang prestasi setelah lebih dari dua dekade lelah menunggu. Haru dan kebanggaan menyesak dalam dada para penikmat sepakbola Indonesia. Ya, pelaku utama momen ini adalah anak-anak muda, garuda muda, garuda jaya, timnas u-19.

Mata publik Indonesia mulai terpukai dengan permainan dan pencapaian timnas u-19 ketika mereka menjuarai turnamen yang diadakan di Hongkong. Setaun kemudian mereka berjaya di Piala AFF U-19 2013. Permainan sabar dari kaki ke kaki, mempertontonkan buah dari kecerdasan dan semangat membangun serangan yang sangat enak untuk ditonton. Timnas U-19 adalah harapan. Dengan pencapaian yang luar biasa itu, mereka telah memperlihatkan pada masyarakat Indonesia bahwa pola permainan sepakbola kita mulai bisa mengikuti pakem sepakbola modern yang juga harus mengandalkan kecerdasan, tidak melulu determinasi.

Tapi sayang kegemilangan mereka tidak berlanjut. Banyak kontroversi mengenai sebabnya. Tapi tulisan ini tidak akan membahas itu. Kita tentu berharap masih bisa menyaksikan permainan menarik mereka. Dan syukurlah, harapan itu bisa disaksikan di ISL 2015. Alumni timnas u-19 kini banyak tersebar di klub-klub ISL. Ada Persebaya, Persiba Balikpapan, Mitra Kukar, Bali United Pusam, Barito Putra, PSM Makassar, dan Sriwijaya FC. Kita akan menyaksikan lagi bagaimana atraktifnya permainan Evan Dimas, Ilham Udin, Maldini Pali, Paolo Sitanggang, Muchlis Hadi, dan lain lain berlaga di klub-klub tersebut. Semoga saja mereka mendapatkan posisi regular di tim.

Meski tidak menggaet alumni timnas u-19 beberapa klub besar juga mulai fokus mencari pemain muda lokal bertalenta. Sebutlah seperti Persib Bandung, Semen Padang, Arema Cronus, dan Sriwijaya FC yang mencoba memanfaatkan potensi pemain lokal asal daerah. Ditambah lagi tim-tim seperti PBR, Persipura Jayapura, Persija Jakarta, Barito Putra, Bali United Pusam, Persiba Balikpapan dan beberapa tim lainnya yang lebih banyak melakukan perburuan pemain muda lokal bertalenta dibanding pemain yang ‘sudah jadi’. Ini tentu menjadi angin segar untuk regenerasi sepakbola Indonesia.

  1. Tiap klub dibatasi hanya 3 pemain asing

Ini salah satu langkah PSSI yang patut diapresiasi positif. Kita bisa melihat bahwa upaya ini adalah untuk memberikan kesempatan bermain lebih banyak pada pemain lokal. Selain itu peraturan ini juga setidaknya membantu klub dalam menjaga pengeluaran biaya mereka agar tidak terlalu banyak. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini kontrak dan gaji pemain asing di Indonesia, rata-rata masih lebih tinggi dibanding pemain lokal.

  1. Banyaknya pelatih lokal dan asing yang potensial dan piawai membangun tim

Tentu kita cukup terkejut bagaimana PBR bisa melaju sampai semifinal di ISL 2014. Padahal di tahun sebelumnya mereka nyaris terdegradasi. Sosok dibalik kesuksesan tim berjuluk the boys are back ini adalah pelatih mereka, Dejan Antonic. Dia sangat piawai meramu strategi tim dengan skuad alakadarnya dan dengan memanfaatkan pemain muda. Bisa dilihat bagaimana kegemilangan David Laly, Diaz Angga, Wildansyah, Syaiful Indra Cahya di klub ini. Dejan juga mengembalikan ketajaman top skorer sepanjang masa timnas Indonesia, Bambang Pamungkas.

Yang paling kentara adalah Djadjang Nurjaman (Djanur). Pelatih kalem ini sukses mengantarkan Persib menjuarai ISL 2014, setelah di musim sebelumnya hanya duduk di peringkat 4. Padahal sebelumnya, Djanur hanya berposisi sebagai Asisten Pelatih Rahmad Darmawan ketika menukangi Pelita Jaya Karawang. Kepiawaiannya adalah mengembalikan ruh permainan Persib dengan umpan-umpan pendek. Variasi serangan dari sayap dan tengah sangat kental diterapkan secara bergantian. Tangan dinginnya juga bisa meredam ego banyaknya pemain bintang di Persib menjadi sebuah kekuatan menakutkan di ISL 2014.

Selain kedua pelatih tersebut, masih ada sosok pelatih Semen Padang yang berhasil membawa Semen Padang ke babak 8 besar. Padahal di musim ISL 2014 mereka banyak ditinggal pemain bintangnya. Dia adalah Jafri Sastra. Selain itu masih ada Scott Cooper yang saat ini akan menukangi Mitra Kukar. Dan jangan dilupakan dengan Indra Sjafri, sosok yang membawa timnas u-19 menjuarai Piala AFF U-19 ini kini menukangi Bali United Pusam. Kemudian ada duet pelatih Mettu Dwaramury dan Chris Yarangga yang menukangi Persipura. Duet ini sebelumnya adalah asisten dari pelatih Persipura, Jacksen F. Tiago yang kini menukangi klub Malaysia Penang FC. Persipura ditinggalkan Jacksen pada saat genting di babak 8 besar. Dengan 3 pertandingan sisa, akhirnya Persipura yang diarsiteki dua orang ini malah mampu lolos ke final, walaupun kalah dari Persib melalui adu penalti. Tidak hanya nama-nama itu, di klub lainnya juga banyak pelatih potensial baik itu lokal maupun asing.

Nama-nama yang bisa dibilang masih baru sebagai pelatih di ISL tersebut akan bertarung strategi dengan pelatih yang sudah lama mencecap kompetitifnya ISL, seperti Rahmad Darmawan, Suharno, Benny Dollo, Arcan Lurie, dll.

  1. Banyaknya tim-tim ISL yang mulai fokus dalam mengembangkan akademinya

Bagi sebuah klub sepakbola, akademi adalah sebuah aset. Dan walaupun agak terlambat, hal ini mulai disadari oleh klub-klub yang ada di Indonesia. Melalui cara ini, mereka tidak perlu repot-repot mencari lagi pemain potensial ke tiap SSB, atau datang menyaksikan kompetisi lokal. Jelas ini sangat menarik. Secara tidak langsung ini adalah sebuah kemajuan dalam pengelolaan klub sepakbola di Indonesia. Dengan adanya kesadaran ini, diharapkan mereka juga dapat mengelola klub secara memadai untuk berkompetisi di ISL 2015 secara penuh.

Selain itu hal ini juga dapat meningkatkan regenerasi pemain di Indonesia. Secara tidak langsung dapat memunculkan potensi pemain muda lokal berbakat di Indonesia. Klub-klub tersebut di antaranya adalah Semen Padang yang sudah menjadi juara di ISL u-21 tahun 2014, Persib yang sudah mulai fokus dalam mengembangkan akademinya, mitra kukar yang menggaet Scott Cooper (mantan pelatih timnas inggris u-15), Bali United Pusam yang menggaet Indra Sjafri 5 tahun untuk menukangi pengelolaan tim secara benar mulai dari tim mudanya, Sriwijaya FC yang tahun 2014 banyak memasukkan nama-nama pemain u-21 ke timnas u-19 B yang berlaga pada Turnamen Cotif di Spanyol. Belum lagi tim baru seperti PBR yang juga mulai giat mengembangkan pembinaan pemain usia muda secara formal.

  1. Banyaknya klub yang sudah secara konsisten menerapkan taktik sepakbola modern dan meninggalkan pakem lama.

Ini barangkali adalah sebuah kemajuan besar. Meski belum mendatangkan prestasi secara signifikan, tapi pola permainan klub-klub di Indonesia tidak lagi semonoton dulu. Barangkali ini bermulai ketika Mourinho dan Guardiola mulai mengenalkan taktik sepakbola modern dengan pola 4-2-3-1 dan 4-3-3. Pola ini kemudian banyak diadopsi oleh banyak klub di Indonesia. Pola yang dijalankan bisa memperlihatkan bertahan dan menyerang dengan sama baiknya. Pada pola modern ini memang pemain dituntut serba bisa di beberapa posisi.

Kita tentu masih ingat dahulu ketika Peter White (mantan pelatih timnas senior kala itu), agak frustasi karena banyak klub Indonesia memainkan pola kuno 3-5-2 dan 4-4-2 flat. Kini pola tersebut sepertinya sudah tidak ada lagi yang mengadopsi. Kita dapat melihat bagaimana agresif dan atraktifnya permainan Persipura dan Arema dengan pola 4-3-3 dan seimbangnya pola permainan Persib, Semen Padang, dan PBR dengan pola 4-2-3-1. Dua pola itu sering dipakai oleh peatih di klub-klub tersebut. Di beberapa pertandingan, pola tersebut sedikit mengalami variasi.

Berbicara hasil memang tak bisa dijadikan ukuran mutlak, tapi dengan pola yang dianut permainan jadi semakin enak ditonton. Skema penguasaan bola menjadi jelas dan dengan pola ini, sangat memungkinkan untuk bola akan mengalir deras dari kaki ke kaki.

  1. Adanya ajang pendukung ISL seperti Liga Champion Asia (LCA), Liga AFC, dan Piala Indonesia

Kompetisi liga suatu negara akan semakin menarik apabila ada kompetisi penunjang. Tahun 2015 PSSI akan kembali menyelenggarakan Piala Indonesia yang sudah tiga tahun absen. Ini tentu dapat dijadikan motivasi untuk setiap klub agar bisa berprestasi di beberapa ajang. Belum lagi adanya kompetisi Asia yang bisa saja diikuti oleh 3 klub Indonesia (Persib, Persipura, Arema Cronus). Jika Persib bisa melewati babak penyisihan LCA, maka wakil Indonesia di ajang Asia menjadi tiga. Tentu ini akan menjadi prestasi bagi persepakbolaan Indonesia. Serta berpeluang untuk menambah wakilnya di Asia jika ketiga tim ini bisa berbicara lebih jauh lagi.

Memang ada masalah juga yang menghinggapi beberapa klub. Sebutlah seperti tunggakan gaji pemain yang belum ditunaikan. Selain itu juga beberapa klub dibayangi assessment kompetisi dari PT Liga Indonesia mengenai kesiapan klub mengarungi liga di musim 2015. Akan tetapi semoga masalah yang ada tidak mengurangi potensi atraktifnya kompetisi ISL 2015. Marilah kita berharap klub tersebut dapat mengelola masalah dengan baik dan didapatkan solusi terbaik pula bagi mereka. Sehingga kita, sebagai penikmat sepakbola tanah air mendapatkan suguhan kompetisi ISL yang seru dan memikat. Let’s play the game!